Review "Pike Place Fish", Pasar Ikan Internasional

Pasar Ikan Internasional

John Yokoyama, pemilik dari Pike Place Fish, menginginkan pasar ikannya menjadi “the world famous”. Sebuah tempat yang tidak sekedar menjadi tempat menjual ikan tetapi lebih dari itu. Untuk mewujudkan hal tersebut John menggunakan jasa Jim Bergquist, pemilik dari Bizfuture consultant. Jim kemudian memperkenalkan sebuah metode “Management by Inspiration”. Yang pada intinya adalah bagaimana membuat orang “being”, terutama pada karyawannya. Memperbaiki kualitas hubungan antara John dengan para pegawainya.


Ada beberapa hal yang menjadi poin penting disini, yang diterapkan pada karyawan John. Semangat “Let’s the world famous” menjadi spirit bagi John dan karyawannya untuk menjadi pasar ikan terkenal di dunia. Terkenal dalam pengemasan penjualan produknya, bukan hanya bentuknya tetapi pelayanannya sehingga pengunjung yang datang ke tempat itu tidak hanya untuk membeli ikan tetapi sekaligus menikmati suguhan atraktif dari setiap karyawannya yang terkenal dengan “flying fish”, dimana ada aksi lempar tangkap ikan yang cukup menarik sebagai sebuah pertunjukan yang menggugah minat pengunjung sehingga bisa sebagai tempat wisata. Pengunjung bisa berfoto bersama bahkan mencoba sendiri untuk melempar ikan itu pada penjualnya.
Setiap karyawan dari John diberi pilihan, “You have the choice”, setiap orang mempunyai pilihan dalam hidupnya tinggal bagaimana orang tersebut mampu mempertanggungjawabkan pilihan tersebut. Begitu pula karyawan John yang memiliki hak untuk memilih dalam setiap tindakannya. “Committed to the purpose”, semua karyawan John dianggap sebagai anggota sebuah tim. Sebagai sebuah tim maka tidak ada kedudukan atau posisi yang lebih tinggi diantaranya, jabatan hanyalah sebagai sarana pembedaan tugas sehingga jelas peran, fungsi, dan tanggung jawabnya. Namun diantara karyawan tidak ada struktur yang begitu membatasi sehingga dapat dianggap memiliki struktur organisasi yang “flat”. Dalam sebuah tim tentunya dituntut untuk saling bekerja sama dan memperhatikan kepentingan tim. Menjadi sebuah tim haruslah fokus pada purpose dari organisasinya. Ketika seseorang dalam sebuah tim mementingkan kepentingan dirinya sendiri maka dapat dipastikan tim itu tidak akan dapat survive menghadapi sebuah masalah dalam organisasinya.
Setiap karyawan John memiliki tanggung jawab yang sama untuk bisa memajukan Pike Place Fish. Dengan membina relasi baik dengan John maupun dengan sesama karyawan diharapkan akan terjadi suatu interaksi yang baik sehingga setiap orang merasa memiliki Pike Place Fish tersebut. Di tempat itu juga ada proses couching baik dari senior maupun yuniornya, bahkan di Pike Place Fish seakan tidak ada istilah senior-yunior karena masing-masing orang bisa mengajari keahliannya pada sesama karyawan. Yang sudah bekerja dalam waktu yang lama bisa mengajari ketrampilan pada yang baru menjadi timnya, maupun sebaliknya seseorang karyawan baru bisa mengajari ketrampilan yang dia miliki pada karyawan lama. Jadi dengan saling memperhatikan dan saling mengajari itulah akan tercipta keharmonisan dan bukannya persaingan yang tidak sehat. “Anything possible” hal itulah yang dipegang oleh John, semua yang ada di dunia ini segalanya mungkin terjadi. Siapa yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan, sehingga buatlah segala kemungkinan yang dapat dipikirkan. Di Pike Place Fish karyawan tidak dianggap sebagai karyawan biasa yang harus memberi keuntungan pada organisasi atau yang harus menerima perintah seperti robot tetapi setiap orang yang bekerja di tempat itu dianggap sebagai bagian dari tim yang dapat mengaktualisasikan dirinya, mendapat dukungan dari atasan dan sesama anggota tim, hubungan yang baik, komunikasi yang baik, sehingga setiap orang di dalamnya memiliki perasaan untuk berbuat yang terbaik bagi Pike Place Fish dan pengunjungnya.

PERMASALAHAN

Pike Place Fish didirikan oleh John Yokoyama pada tahun 1965. Pada tahun 1986 karena sedang memasuki masa sulit atas saran dari seorang teman lamanya Karen Bergquist, John menghubungi Jim Bergquist, yang tak lain suami Karen, salah seorang konsultan di BizFuture.
Sebelum Jim datang, budaya di tempat tersebut sangat dipengaruhi oleh budaya Jepang, yang menganggap setiap karyawan haruslah menguntungkan organisasi, bekerja keras tanpa mengenal lelah, struktur organisasi yang kaku, formalisasi yang tinggi, sehingga interaksi yang terjadi kurang bisa harmonis. Selain itu Pike Place Fish tidak memiliki tujuan yang jelas, visi yang kurang jelas ini mengakibatkan arah yang ingin dicapai tidak dapat terukur dengan baik.

ANALISIS

Hal pertama yang dilakukan Jim saat datang membantu John adalah mengembangkan budaya dari perusahaan tersebut. Jim melatih bagaimana merancang sebuah visi, tentang apa yang dapat terjadi di masa yang akan datang dan itu pasti terjadi, hal ini dinamakan bizFutures’ Technology of Being. Salah satu dari tahap pertamanya adalah merancang visi yang dapat menginspirasi mereka. Salah satunya being the world famous, visi ini selalu ditekankan pada setiap karyawan dan setiap saat, sehingga dalam diri mereka akan tertanam visi ini. Bahkan sekarang karyawan tidaklah dilihat sebagai karyawan biasa tetapi dianggap sebagai anggota atau member dari sebuah tim Pike Place Fish. Hal ini menciptakan suatu komunikasi yang efektif dari seluruh anggota tim. Dari hal tersebut mereka menemukan bagaimana melayani dengan lebih baik pengunjung dan antar sesama anggota tim.
Visi yang jelas membantu suatu organisasi untuk mengarahkan setiap anggotanya untuk bertindak sesuai dengan tujuan dari organisasi tersebut. Adanya struktur yang fleksibel menciptakan komunikasi yang efektif sehingga tidak ada gap antara atasan dengan bawahan. Namun demikian dengan struktur seperti ini tidak diharapkan anggota tim menjadi menyepelekan pekerjaannya tetapi tetap harus bertanggung jawab pada pekerjaannya itu.
Jim juga mengubah persepsi anggota tim pada pekerjaan itu sendiri, bahwa pekerjaan mereka bukan hanya sebagai penjual ikan biasa tetapi juga menciptakan sesuatu yang lain, suatu hal yang kreatif, berbeda, menciptakan suatu image tersendiri.
Apa yang dilakukan oleh Jim adalah suatu manajemen SDM yang fokus pada human being. Bagaimana memperlakukan seorang karyawan sebagai manusia seutuhnya yang memiliki hak untuk aktualisasi diri, menunjukkan kemampuannya, dan menentukan hidupnya, tanpa meninggalkan kewajiban dan tanggung jawabnya.
Ada tiga hal yang menjadi fokus dari bizFuture dalam menangani masalah kliennya, yaitu:
  1. a. EMPOWERMENT – The astounding creativity, productivity and profitability that erupts when leaders are willing to be wholly committed to empowering their employees.
  2. b. VISION TO REALITY – Any group of people… anybody… can create a powerful vision and have it happen.
  3. c. MAKING A DIFFERENCE IN THE WORLD – making a profound and lasting difference in the quality of life in the world is the true purpose of being in business.
Sedangkan visi dari bizFuture adalah melihat seluruh perusahaan di dunia menjalankan bisnisnya dengan meningkatkan kualitas hidup semua orang tanpa kecuali bumi juga dan ingin membuat ini menjadi mungkin bagi seluruh organisasi yang ada.
Hingga April 2005 Pike Place Fish memiliki anggota tim sebanyak 19 orang termasuk John Yokoyama. Ini suatu hal yang menakjubkan hanya dengan beberapa orang saja Pike Place Fish bisa terkenal di dunia. Keberhasilan Pike Place Fish tidak hanya peran dari Jim Bergquist saja tetapi juga berkat keberhasilan anggota tim menjalankan komitmen dalam mencapai tujuannya “be the world famous”.
 

KESIMPULAN DAN SARAN

Untuk menjadi sebuah organisasi yang sukses ada beberapa hal yang mungkin dapat dilakukan, misalnya:
  1. Ciptakan visi yang jelas dan tanamkan itu pada seluruh anggota organisasi.
  2. Beri dukungan pada setiap anggota sehingga tercipta kreativitas, produktivitas, tanggung jawab dan keuntungan yang lebih baik.
  3. Kualitas hidup anggota yang lebih baik seyogyanya menjadi fokus dari setiap organisasi.
  4. Adanya kedekatan personal antar anggota tim membuat komunikasi yang lebih efektif sehingga tidak terdapat gap yang dapat mengganggu hubungan antar anggota tim.
Dengan demikian dapat disarankan bahwa setiap organisasi hendaknya memperhatikan “human being” sehingga manusia dihargai sebagai manusia dan bukannya mesin penghasil uang. Selain itu adanya dukungan, rasa kekeluargaan, dan komunikasi yang interaktif akan menimbulkan komitmen dan tanggung jawab yang tinggi pada karyawan. (Hd)

No comments:

Post a Comment

No SPAM, No SARA